Rabu, 04 Januari 2017

 Air Mancur Pertamaku di Lapak Baca
oleh : Dhea Arfian
Setelah beberapa minggu absen akhir hari ini aku bisa hadir di acara mingguan Lapak Baca, FLP Cianjur. Sudah lama aku tidak datang ke alun-alun ini. Setibanya di sana, aku melihat anak-anak remaja yang bermain di taman. Mungkin sehabis kuliah subuh di Mesjid Agung mereka sengaja mampir ke alun-alun. Ada yang bermain sepak bola, duduk di bangku dan sebagainya. Seperti biasa alun-alun ini ramai didatangi para pedagang, karena ini bulan puasa tidak ada pedagang makanan jualannya beralih kemainan anak-anak. Kulihat seliling taman sambil berjalan menuju perpus alun-alun. Hari ini terasa berbeda udaranya cerah dan sejuk. Aku kira di awal puasa ini orang-orang tidak akan datang ke alun-alun ternyata di sini ramai juga.
Sebenarnya aku datang terlambat jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. Malu rasanya hampir di setiap pertemuan aku datang terlambat tetapi kali ini teman-teman Lapak Baca lainnya belum ada yang sampai. Aku membuka tas mengambil ponselku lalu men- chat di grup whatsap (WA). 
“Kang Yasir dimana?”

Sambil mengunggu balasan aku duduk di kursi taman yang menghadap ke arah air mancur. Aku melihat kolam air mancur. Beberapa detik kemudian air mancurnya menyala seolah menari-nari menyambut kedatanganku. Hihi.
Airnya jernih dan bening. Biasanya air mancur ini tidak suka menyala apalagi di pagi hari. Mungkin karena ini bulan puasa yah?. Meskipun tidak seindah menyala di malam hari air mancur ini terasa menenangkan. Banyak orang-orang yang selfi mulai dari di pinggir kolam sampai masuk melewati pagar pembatas. Lucu sekali tingkah mereka. Kalau ada teman-temanku sepertinya aku akan melakukan hal yang sama , sayangnya di sini aku sendirian. Tontonanku bertambah tidak hanya melihat air mancur di pagi hari tetapi juga melihat aksi-aksi lucu dari pengunjung lainnya yang ingin difoto bersamaan air mancur yang menyala. Aku buka kembali tasku melihat ponsel barangkali ada notif dari WA. 
“Antosan nuju di jalan, tunggu di taman alun-alun”. Balasan Kang Ari
“ Atos Kang ieu dea di taman”. Jawabku. 
Kusimpan lagi ponselku dalam tas. Dari kejauhan aku melihat Kang Yasir berjalan mendekatiku. Jalannya cukup cepat dengan sekantong plastik putih di tangan kirinya. 
“Damang Teh Dhea?” tanya Kang Yasir.
“Alhamdulillah Kang, sawangsulna kumaha?” jawabku.
Sambil menunggu teman-teman yang lain aku kembali duduk bersama Kang Yasir. Kami bercakap-cakap seputar acara Lapak Baca minggu lalu kujelaskan mengapa aku tidak dapat hadir. Dari cerita yang kudenganr sepertinya acara kemarin tidak begitu lancar ada miss communication. Tidak lama kemudian datang Kang Rindi disusul Kang Ari dan Kang Jejen. Akhirnya para pemain inti datang meskipun belum semua. Tanpa berpikir panjang kami langsung menyiapkan tempat untuk melapak. Mulai dari menggelar alas duduk, foto-foto mendokumentasikan kegiatan sampai menata buku-buku agar mudah untuk dibaca nanti. Sebagian dari kami mulai menyebar dan memberi tahu orang-orang sekeliling mengenai “Silahkan membaca buku Gratis”. 
Aku melihat sekeliling teman-temanku. Ada rasa bangga dalam hati. Mereka semua relawan sejati. Rumah mereka cukup jauh dari tempat biasa kami melapak hanya rumahku dan Kang Rindi saja yang kebetulan dekat dengan alun-alu ini. Meskipun demikian hal tersebut bukan satu alasan untuk tidak menebar kebaikan. Mungkin kebaikan yang kami buat ini tidak seberapa tetapi semoga saja kegiatan positif untuk meliterasi orang-orang agar mau melek membaca ini dapat bermanfaat. 
Dari kejauhan aku melihat sekelompok remaja berkumpul di bawah pohon di ujung taman. Biar aku tebak mereka seumuran siswa kelas 2 dan 3 SMP. Mereka asyik bercengkrama satu sama lainnya. Lalu, aku putuskan untuk menghampiri mereka sambil membawa buku di kedua tanganku. 
“Halo.. adik-adik”. Sapaku
“Ada buku gratis untuk dibaca. Mampir, yuk!” 
“Iya Teh, makasih”. Jawab seseorang. 
“Ini coba lihat novelnya bagus, gratis kok”. Bujukku
Sepertinya mereka memang tidak tertarik untuk membaca buku. Sebagian dari mereka hanya tersenyum saja. Niat aku kan baik tapi kok responnya seperti itu. Mungkin memang niat baik tidak selalu direspon baik juga. Dari hal tersebut memang sudah terlihat kalau minat baca generasi muda masih rendah. Sama seperti aku dulu yang memang tidak terlalu suka membaca. Ketertarikanku untuk membaca muncul saat semester pertama aku duduk di bangku kuliah. Itu pun karena aku sudah terlanjur masuk prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia. Setelah melihat respon yang mereka timbulkan biasa saja aku untuk kembali ke lapakku. Ada sedikit rasa sesal di hati. Ternyata mengajak orang untuk melek baca tidak semudah aku kira padahal itu gratis. 
Pukul setengah sembilan pagi, teman-teman FLP lainnya datan ada Teh Deti, Teh Tuti, Teh Deva dan Teh Asri. Jujur saya aku baru bertemu dengan senior-senior perempuanku. Di kumpulan sebelumnya aku tidak pernah bertemu. Di Lapak Baca ini yang lebih sering kumpul senior laki-lakinya ketimbang perempuannya. Tanpa segan kami langsung saja berkenalan dan saling mengakrabkan diri. Satu-satu kulihat senior perempuanku itu. Dari cara berpakaiannya saja mereka terlihat memiliki wawasan yang luas. Selesai berkenalan kami kembali menjajakan buku ke setiap pengunjung. Senda gurau selalu terdengar di percakapan kami.

 “Jarang-jarang lho air mancur di samping kita ini menyala. Kita foto, yuk!” Seru Kang Ridwan.
Aku kembali menjajakan buku-buku gratis ke setiap pengunjung tiba-tiba kulihat Teh Tuti sedang asyik berdiskusi bersama Teh Deti. Aku juga melihat keisengan kang Rindi dari tadi menjaili Teh Deti yang memfoto dari jarak dekat. Lucu, ada-ada saja tingkahnya. Kuperhatikan mereka sedang mengoreksi novel yang telah ditulis oleh Teh Tuti. Aku mendengar Teh Deti banyak memberi masukan kepada Teh Tuti mengenai cara penulisan novel tersebut. Aku kagum sekali dengan mereka. Teh Tuti misalnya, di tengah kesibukannya bekerja dia masih sempat menulis novel. Sama halnya Teh Deti pandai menjelaskan koreksian EYD yang diberikan kepada teh Tuti. Penjelasannya logis dan sesuai dengan aturn EYD. Aku saja hampir lupa mengenai aturan EYD padahal jelas-jelas aku lulusan sarjana bahasa. Hihi

Kira-kira pukul sebelas siang kami menutup kegiatan lapak baca hari ini. Acara selanjutnya adalah kajian dan evaluasi. Saat-saat inilah kami saling bertukar pikiran satu sama lain mengenai kegiatan lapak baca dan mengkaji hasil karya tulis kami. Canda tawa terdengar di tengah-tengah kajian ada celotehannya kang Jejen, suara lucunya Kang Yasir menirukan gaya Kang Ari saat mendongeng, Kang Rindi yang pindah tempat duduk agar dapat Wi-Fi gratis, hingga tingkah lucu Kang Ridwan saat memainkan boneka dongengnya Kang Ari benar-benar menambah keseruan acara lapak minggu ini. 
Senang sekali rasanya dapat bergabung dalam komunitas ini. Menebar kabaikan dengan cara yang kami bisa lalukan. Sama halnya dengan air mancur alun-alun ini menyala di kesejukan pagi menambah kesegaran suasana hati yang melihat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar